Sabtu, 24 Desember 2011

PERKEMBANGAN INTELIGENSI


PERKEMBANGAN INTELIGENSI
BAB I
PENDAHULUAN
Nama psikologi mungkin sering sekali kita mendengarnya dalam dunia perguruan tinggi entah itu diswasta atau pun di negeri. Ilmu psikologi pada intinya yaitu sebagai ilmu untuk menyingkap atau mengetahui sikap seseorang dengan menggunakan logika dengan melihat dulu keadaan orang tersebut.
psikologi perkembangan sangatlah penting untuk di pelajari, karena kita bias tahu dalam suatu proses pertumbuhan pada manusia yaitudari mulai dia lahir sampai dewasa mengalami dulu proses tidak akan langsung menjadi dewasa, pasti mengalami dulu peroses.
Tapi kita jangan terpaku untuk mempelajari ilmu psikoloi perkembangan saja, tapi masih banyak ilmu yang juga bermanpa’at untuk pengetahuan kita dalam menjalankan hidup didunia. Ya salah satunya yaitu yang disebutkan diatas.
Salah satunya kita dapat mengetahui perkembangan berpikir pada seorang anak dalam proses pekembangannya sampai manakah hasilnya, dan adakah gejala yang mengganggu dalam Inteligensi (berpikir) pada dirinya (anak).
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PERKEMBANGAN INTELIGENSI (BERPIKIR)
1.      PENGERTIAN KECERDASAN
IntelIgensi bukanlah suatu sifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeakripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam.  Yaitu sebagai berikut.
a.       C.P. Chaplin (1975) mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
b.      Anita E. Woolfolk (1995) mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, inteligensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu : (1). Kemampuan untuk belajar. (2). Keseluruh pengetahuan yang di peroleh. (3). Kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.
Selanjutnya, Woolfolk  mengemukakan inteligensi itu merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahan dalam rangka mamacahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
c.       Binet (Sumadi S., 1984) menyatakan bahwa sifat hakikat inteligensi itu ada tiga macam, yaitu :
1). Kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan tertentu.  Semakin cerdas seseorang, mempunyai inisiatif sendiri tidak menggunakan perintah saja.
2). Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
3). Kemampuan untuk otokritik, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
d.      Raymon Cattel dkk. (Kimble dkk. 1980) mengklasifikasikan inteligensi kedalam dua kategori, yaitu :
1). “Fluid Intelligence”, yaitutife kemampuan analisis kongnitif yang relatif tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.
2). “Crystallized Intelligence”, yaitu keterampilan-keterampilan atau kemampuan nalar (berpikir) yang dipengaruhi oleh belajar sebelumnya.
2.      TEORI-TEORI INTELEGENSI
a.      Teori “Two Factors”
Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman (1904). Dia berpenapat bahwa inteligensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “g” (general faktors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific faktors). Setip individu mempunyai kemampuan ini yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.
b.      Teori “Primary Mental Abilities
Teori ini dikemukakan oleh  Thurstone (1938). Dia berpendapat bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu :
a). kemampuan berbahasa : Verbal comprehensension.
b). kemampuan mengingat : Memory.
c). kemampuan nalar atau berpikir logis : reasoning.
d). kemampuan tilikan ruang : Spatial poctor.
e). kemampuan bilangan : numerical ability.
f). kemampuan menggunakan kata-kata : word fluency.
g). kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat : perceptual speed.
c.       Teori “Multiple Intelegensi”
Teori ini di kemukakan oleh J.P. Guiford dan Howard Gardener. Guiflord berpenapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect” yaitu sebagai berikut :
1). Operasi Mental (Proses Berpikir)
a). Kognisi (menyimpan imformasi yang lama dan menemukan imformasi yang baru).
b). Memori retention (ingatan yang berkaitamn dengan kehidupan sehari-hari).
c). Memory recording (ingatan yang segera).
d). Divergent production (berpikir melebar  = banyak kemungkinan  jawaban).
e). Convergent production (berpikir memusat = hanya satu jawaban/alternatif).
f). Evolusi (mengambil keputusan tentang apakah sesuatu itu baik, akurat, atau memadai).
2). Content (isi yang dipikirkan)
            a). Visual (bentuk kongkrit atau gambaran).
            b). Auditory.
            c). Word meaning (semantic).
            d). Symbolic (imformasi dalam bentuk lambang, kata-kata, angka dan non musik).
e). Beehavioral (interaksi non-verbal yang diperoleh melalui pengindraan, ekpresi muka atau suara).
3). Product (Hasil berpikir
a). Unit (item tunggal imformasi)
b). kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama).
c). Relasi (keterkaitan antar imformasi).
d). Sistem (kompleksitas bagian yang saling berhubungan).
e). Transformasi (perubahan, modifikasi atau redifinisi informasi).
f). Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item lain).
Menurut  Guilford, keterkaitan antara ketiga kategori berpikir atau kemampuan intelektual tersebut, telah melahirkan 180 kombinasi kemampuan. Model struktur intelektual Guilfrod ini telah menambahkan wawasan tentang hakikat inteligensi dengan menambah fktor-faktor, seperti : “social judgament” (evolusi terhadap orng lain), dan kretivitas (berpikir ”divergent”).
Tokoh berikutnya dari teori “multiple intelligence” ini adalah Howard Gardner (1993). Ia membagi intelegensi itu kedalam 7 jenis seperti tampak pada Tabel .
TABEL
Aspek-Aspek Inteligensi Menurut Gardner
INTELEGENSI
KEMAMPUAN INTI
1.      Logical-Mathematical
Kepekaaan dan kemampuan untuk nengamati pola-pola logis dan menarik (bilangan) serta kemampuan untuk berpikir rasional/logis.
2.      Linguistic
Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-fungsi bahasa.
3.      Musical
Kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada (warna nada), dan bentuk-bentuk eksp resi music.
4.      Spatial
Kemampuan untuk mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut.
5.      Bodily Kinesthetic
Kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek-objek secara terampil.
6.      Interpersonal
Kemampuan untuk mengamati dan merespons suara hati, temperamen, dan motipasi orng lain.
7.      Interapersonal
Kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan secara intelegensi sendiri.
d.      Teori “Triachic of Intelligenci”.
Teori ini dikemukakan oleh Robert Stenberg (1985, 1990). Teori ini merupakan pendekatan kongnitif untuk memahami inteligensi. Stenberg mengartikannya sebagai suatu “deskrifsi tiga bagian kemampuan mental” (proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuian terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukan tingkah laku integen. Dengan kata lain, tingkah laku inteligen itu merupakan produk (hasil) dari penerapan strategi berpikir, mengatasi masalah-masalah barusecara kreatif dan cepat, dan penyesuaian terhadap konteks dengan menyeleksi dan beradaptasi dengan lingkungan.
1). Proses Mental (Berpikir)
a). Meta Component : perencanaan aturan, sleksi strategi, dan monitoring (pemantauan). Contohnya mengidentifikasi masalah, alokasi perhatian dan pemantauan bagaimana strategi itu dilaksanakan.
b).Performance Components : melaksanakan strategi yang terseleksi. Melalui komponen ini memungkinkan kita untuk mempersepsi dan menyimpan imformasi baru.
c). Knowledge – Acquisition Components : memperoleh pengetahuan baru, seperti : memisahkan imformasi yang relevan dengan yang tidak relevan dalam rangka memahami konsep-konsep baru.
2). Copinng With new experience.
Tingkah laku inteligen dibentuk melalui dua krakterristik, yaitu :
a). Insight, atau kemampuan untuk menghadapi situasi baru secara efektif.
b). Automaticity, atau kemampuan untuk berpikir dan memecahkan masalah secara otomatis dan efisien.
Dengan demikian, tingkah laku inteligen itu melibatkan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah baru dan bersifat otomatis: kecepatan dalam menemukan solusi-solusi baru dalam proses yang rutin dan dapat dilakukan tanpa banyak menggunakan usaha kongnisi.
3). Adapting to environment.
Yaitu kemampuan unntuk memillih dan beradaptasi dengan tuntunan atau norma linngkkungan. Kemampuan ini sangat pentinng bagi kemampuan individu  dalam meraih kesuksesan hidupnya, seperti dalam memilih karier, keterampilan sosial dan bergaul dalam masyarakat secara baik.
Secara visual, elemen-elemen teori Triarchic Sstenbreg ini dapat disimak pada table.
TABEL
Elemen-Elemen Teori Triarchic
ELEMEN
KEMAMPUAN
Contextual Intelligence
Mampu untuk beradaptasi terhdap perubahan lingkungan dan mengubah dunia (lingkungan) untuk mengoptimalkan peluang-peluang serta mampu memechkan masalah.
Experiantal Intelligence
Mampu merumuskan gagasan-gagasan baru dan mengkombinasikan fakta-fakta yang tidak berhubungan serta mampu mengatasi masalah baru secara otomatis (cepat)
Componential Intelligence
Mampu untuk berpikir abstrak, memperoses imformasi dan menentukan kebutuhan-kebutuhan apa yang akan di penuhi.
3.      PENYEBARAN INTELIGENSI
Berdasarkan hasil pengukuran atau test Inteligesi terhadap sampel yang dipandang mencerminkan populasinya, maka dikembangkan suatu system norma ukuran kecerdasan sebesar berikut :
TABEL
Tingkatan Inteligensi
IQ (INTELLIGENCE QUUTION)
KLASIFIKASI
140-ke atas
130-139
120-129
110-119
90-109
80-89
70-79
50-69
49-ke bawah
Jenius
Sangan cerdas
Cerdas
Di atas Normal
Normal
Di bawah Normal
Bodoh
Terbelakang (Moron/Debil)
Terbelakang (Imbecile/dan Idot)
4.      BEBERAPA CIRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKATAN INTELLIGENCE SERTA BERPENGARUHNYA TERHADAP PROSES BELAJAR (NANA SY.S. DAN M.SURYA, 1975).
a). Idiot IQ: 0-29. Idiot merupakan kelomppok individu terbelakang yang paling rendah. Tidak dapat berbicara atau hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya, tidak dapat mengurus dirinya sendiri,seperti : mandi, berpakaian, makan, dan sebagainya, dia harus diurus oleh orang lain. anak idiot tinggal ditempat tidur seumur hidupnya. Rata-rat perkembangan inteligensinya sama dengan anak normal 2 tahun. Sering kali umurnya tidak panjang, sebab selain inteligensinya rendah, juga juga badannya kurang tahan terhadap penyakit. Baik disekolah biasa maupun disekolah luar biasanya anak idiot tidak akan ditemui.
b). Imbecila IQ: 30-40. Kelompok Imbecile setingkat lebih tinggi dari anak idiot. Ia dpat belajar berbahasa, dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada Imbecile dapat diberiken latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu bergantung pada orang lain, tidak dapat berdiri sendiri/mandiri. Kecerdasannya sama dengan anak normal berumur 3 - 7 tahun. Anak Imbecela tudak bisa dididik di sekolah-sekolah biasa.
c).Moron atau Debil(mentally handicapped/mentally retarted), IQ: 50-69. Kelompok ini sampai  tingkat tertentu, dapat belajar membaca, menulis, dan membuat perhitungan-perhitungan sederhana,dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan. Banyak anak-anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa.
d). Kelompok Bodoh (dull/bordeline), IQ: 70-79. Kelompok ini berad ditas kelompok terbelakang dan dibawah kelompok normal (sebagai batas). Secara bersusah payah dengan beberapa hambatan, individu tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertamatetapi sukar sekali untuk dapat menyelesikankelas-kelas terakhir di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP),
e). Normal Rendah (below aparage), IQ: 80-89. Kelompok ini termasuk kelompok Normal, rata-rata atau sedang tetapi pada tingkat terbawah, mereka agak lambat dalam belajarnya. Mereka dapat menyelesaikan sekolah tingkat pertama tetapi agak kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas pada jenjang SLTA.
f). Normal Sedang , IQ: 90-109. Kelompok ini merupakan kelompok Normal atau rata-rata. Merka merupakan kelompok yang terbesar persentasenya dalam populasi penduduk.
g). Normal Tinggi (above averaga), IQ: 110-119. Kelompok ini merupakan kelompo individu yang Normal tetepi berda pada tingkat yang tinggi.
h). Cerdas (superior), IQ: 120-129. Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik. Mereka sering kali terdapat dalam kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya dari kelompok ini.
i). Sangat Cerdas (very superior/gifted), IQ: 130-139. Anak-anak gifted/very  superior lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang luas dan cepat memahami pengertian yang sangat abstrak. Pada umumnya, factor kesehatan, kekuatan, dan ketangkasan lebih menonjol dari pada anak Normal.
j). Genius, IQ: 140 ke atas. Kelompok ini kemampuannya luar biasa. Mereka pada umumnya memilikki kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan suatu yang baru,walwupun mereka tidak bersekolah. Dalam semua tingkat ekonomi, baik laki-laki atau perempuan. Contoh orang-orana genius ini adalah Edison dan Einstein.[1]
5. RUANG LINGKUP INTELEGENSI
1. Berpikir dengan pengalaman (routine thinking)
Dalam bentuk berpikir ini kita banyak giat menghimpun berbagai pengalaman, dari berbagai pengalaman pemecahan masalah yang kita hadapi. Kadang-kadang satu pengalaman dipercaya atau dilengkapi oleh pengalaman-pengalaman yang lain.
2. Berpikir representative
Dengan berpikir representative, kita sangat bergantung pada ingatan-ingatan dan tanggapan-tanggapan saja. ingatan-ingatan dan tanggapan-tanggapan tersebut kita gunakan untuk memecahkan masalah yang kita hadapi.
3. Berpikir kreatif
Dengan berpikir kreatif, kita dapat menghasilkan sesuatu yagn baru, menghasilkan sesuatu dengan menggunakan metode-metode yang telah dikenal, maka dikatakan berpikir produktif bukan kreatif.
4.      Berpikir reproduktif
Dengan berpikir reproduktif ini, kita tidak menghasilkan sesuatu yang baru, tetapi hanya sekedar memikirkan kembali dan mencocokkan dengan sesuatu yang telah dipikirkan sebelumnya.
5.      Berpikir rasional
Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah digunakan cara-cara berpikir Logis. Untuk berpikir ini tidak hanya sekedar mengumpulkan pengalaman dan membanding-bandingkan hasil berpikir yang telah ada, melainkan dengan keaktifan akal kita memecahkan masalah.
6.      TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR
Aktifitas berpikir tidak pernah terlepas dari suatu situasi atau masalah. Gejala berpikir fidak berdiri sendiri, dalam aktifitasnya membutuhkan dari gejala jiwa yang lain. Misalnya : pengamatan, tanggapan, ingatan dan sebagainya.
Aktifitas berpikir sendiri adalah abstrak. Namun demikian dalam praktek kita sering jumpai semua masalah dapat dipecahkan dengan secara abstrak. Dalam menghadapi masalah-masalah yang sangat pelik, kadang-kadang kita membutuhkan supaya persoalan yang kita hadapi menjadi lebih konkrit. Sehubungan dengan ini memang ada beberapa tingkatan berpikir :
1.      Berpikir kongkrit
Dalam tingkatan ini kegiatan berpikir masih memerlukan situasi-situasi yang nyata/kongkrit. Berpikir membutuhkan pengertian sedangkan pengertian yang dibutuhkan pada tingkat ini adalah pengertian yang kongkrit. Tingkat berpikir ini pada umumnya dimiliki oleh anak-anak kecil. Konsekuensi didaktif pelajaran hendaknya disajikan dengan peragaan langsung.
2.      Berpikir skematis
Sebelum meningkat kepada bagian yang abstrak, memecahkan masalah dibantu dengan penyajian bahan-bahan, skema-skema, coret-coret, diagram, symbol dan sebagainya. Walaupun pada tingkat ini kita tidak berhadapan dengan situasi nyata/kongkrit, tetapi dengan pertolongan bagan-bagan tersebut situasi yang dihadapi sebagai keseluruhan. Dengan pertolongan bagan-bagan tersebut situasi yang dihadapi tidak kongkret, pun tidak benar-benar abstrak.
3.      Berpikir abstrak
Kita berhadapan dengan situasi dan masalah yang tidak berwujud. Akal pikiran kita bergerak bebas dalam abstrak. Baik situasi-situasi nyata maupun bagan-bagan/symbol-simbol/gambar-gambar skematis tidak membantunya. Namun demikian tidak berarti bahwa gejala pikiran berdiri sebdiri, melainkan tanggapan, ingatan membantunya. Di samping itu kecerdasan piker sendirilah yang berperanan memecahkan masalah. Maka tingkat ini dikatakan tingkat berpikir yang tertinggi. Orang-orang dewasa biasanya telah memiliki kemampuan berpikir abstrak ini.
Kemampuan berpikir manusia selalu mengalami perkembangan sebagaimana diterangkan di atas. Pada anak-anak masih dalam tingkat kongkrit. Makin maju perkembangan psikisnya kemampuan berpikirnya berkembang setapak demi setapak, meningkat pada hal-hal yang agak abstrak, yakni tingkat bagan/skematis. Dari tingkat bagan makin lama makin berkembang kemampuan berpikirnya, dan dari sesikit demi sedikit berkembanglah tingkat berpikir abstraksinya. Makin tinggi tingkat abstraksinya, hal-hal yang kongkrit makin ditinggalkan.[2]
7.      ASPEK PERKEMBANGAN KONGNITIF ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK
Fase-fasae perkembangan kongnitif anak usia Taman Kanak-kanakberada pada fase praopersional yang mencakup tiga aspek, yaitu :
1.      Berpikir simbolik
Aspek berpikir simbolik yaitu : kemampuan untuk berpikir tentang objek dan pristiwa wlaupun objek dan pristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
2.      Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris yaitu : cara berpikirtentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh karena itu anak belum dapat meletakan cara pandangnya disudut pandang orang lain.
3.      Berpikir Intuitif
Fase berpikir secara intuitif yaitu : kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.
Prinsip Perkembangan Kongnitif anak usia Taman kanak-kanak
      Perkembangan kongnitif anak pada hakikatnya merupakan hasil proses asimilasi, akomodasim dan ekuilibrum.
1.      Asimilasi dan Akomodasi
Asimilasi berkaitan dengan proses penyebaran imformasi baru ke dalam imformasi yang telah ada dalam skema (struktur kongnitif) anak. Akomodasi adalah proses menyatukan informasi baru dengan informasi yang telah ada dalam skema sehingga perpaduan antara informasi tersebut memperluas skema anak.
2.      Ekuilibrium
Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi komplik yang terjadi dalam dirinya.
Pada waktu ia mengatasi masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut ia menyeimbangkan informasi yang baru yang berkaitan dengan masalah yang di hadapinya dengan informasi yang telah ada dalam skemanya secara dinamis. Sebagai contoh pada waktu anak diberi buah jeruk berkulit maka anak akan meyeimbangkan pengetahuannya tentang jeruk dengan cara-cara yang harus dilakukannya agar buah tersebut dapat di makan.
1.      Perkembangan kongniatif
Perkembangan kongnitif (intelektual) sebenarnya merupakan perkembngan piker. Pikiran anak adalah bagian dari otaknya yang bertanggung jawab terhadap bahasa, pembentukan mental, pemahaman, penyelesaian masalah, pandangan, penilaian, pemahaman sebab akibat, serta ikatan.
Ingatlah, begitu bayi lahir kedunia,  saat itu pula pikirannya memulai proses belajarnya. Bayi belajar melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dia menggunakan panca indranya untuk mempelajari dunia di sekelilingnya. Jangan meremehkan tingkat kewaspadaannya terhadap apa yang terjadi disekitarnya.
Walau pun ia belum mengutarakan sifat kras-lunak, pahit-manis dengan kata-kata, namun ia sebenarnya bias memahami berbagai sifat ini melalui kelima panca indaranya.
anda juga akan sangat senang jika diperkenalkan benda-benda baru serta sifat-sifatnya. Terus berulang kali menjelaskan kepadanya nama-nama benda tersebut, berkut sifatnya (hijau,halus,dingin), maka lama kelamaan ia akan menguasai dan memahaminya.
Pada 1 tahun pertama, berikut beberapa hal yang bias anda lakukan
Ø  Teruslah berbicara kepadanya, walaupun saat itu ia belum mengerti
Ø  Bermainlah dengannya.
Ø  Ajak ia ber-ekplorasi dan mengamati lingkungan sekitarntarnya
Ø  Bacakan cerita kepadanya.
Ø  Sediakan berbagai mainan untuk merangsang berbagai indranya serta memancingnya untuk berkonsentrasi.
Setelah berusia lebih dari 1 tahun, berikut beberapa hal yang biasa dilakukan :
Ø  Dirangsang untuk berbcara, lontarkan berbagai pertanyaan yang biasa di jawab. Berhenti jika sudah lelah.
Ø  Biarkan untuk bermain dengan berbagai mainan dan permainan yang mendididk.
Ø  Perkenalkan kepada anak-anak lain dan biarkan mereka bermain bersama.[3]

























DAFTAR PUSTAKA


Ø  Dr. H. Syamsu Yusuf LN.,M.PD. Psikologi perkembangan anak dan remaja. PT. Remaja Rosdakarya., Bandung. 2008, hal 106-112.

Ø  Drs.H. Abu Ahmadi., Psikologi Umum., Rineka Cipta., Jakarta. 1998. hlm. 179-181

Ø  (sumber : TipsBayi.COM,Ilustrasi: Huffingtonpost.COM).



[1] Dr. H. Syamsu Yusuf LN.,M.PD. Psikologi perkembangan anak dan remaja. PT. Remaja Rosdakarya., Bandung. 2008, hal 106-112.
[2] . Drs.H. Abu Ahmadi., Psikologi Umum., Rineka Cipta., Jakarta. 1998. hlm. 179-181.
[3](sumber : TipsBayi.COM,Ilustrasi: Huffingtonpost.COM).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar